Selamat datang -- welcome -- welkomen -- sugeng rawuh -- wilujeng sumping

12 November 2008

Wong Xa Min ke Jembatan Suramadu

Masih lanjutan cerita sebelumnya. Setelah seharian bertukar pengalaman dengan tetamu dari negeri lain, Wong Xa Min dan para tetamu berkunjung ke salah satu pekerjaan jembatan yang akan menjadi jembatan terpanjang di negeri ini, yaitu Jembatan Suramadu, yang merupakan jembatan antar pulau yang menghubungkan pulau tempat tinggal Wong Xa Min dengan Pulau Garam.

Pembangunan jembatan dimulai 4 tahun yang lalu setelah melalui pemikiran yang mendalam selama bertahun-tahun. Kalau tidak salah mulai jaman Wong Xa Min mulai kuliah dulu sampai sudah bekerja jembatan itu sudah banyak dibincangkan oleh para ahli dan petinggi negeri ini. Setelah menunggu sekian lama akhirnya jembatan tersebut dibangun juga. Kalau tidak ada halangan apa-apa (terutama masalah hepeng/duit/doku/money) jembatan Suramadu akan bisa dilewati tahun depan.

Rencananya selain mobil atau kendaraan beroda 4, 6, 8 atau lebih (pokoknya jumlahnya harus genap, kalau jumlah rodanya ganjil agak susah nyarinya, becak ya gak ada motornya, sementara bemo yo wis langka) kendaraan roda 2 / sepeda motor juga bisa lewat jembatan ini, tentunya di jalur tersendiri. Jika sudah jadi tentu akan mempercepat waktu tempuh dari Kota Pahlawan ke Pulau Garam. Tadi siang butuh waktu sampai 1 jam untuk nyeberang ke Pulau Garam, begitu juga sebaliknya. Memang waktu yang lama adalah nunggu atawa ngantri untuk naik ke perahu, terus ngantri juga untuk perahunya parkir. Lha lewat lautnya cuma 20 menit-an. Kalau sudah jadi, dengan total panjang 5 km-an dapat dilewati hanya dengan 15 menit saja (100% gak didiskon).

Ada sedikit pertanyaan yang ngganjel di hati Wong Xa Min. Kalau jembatan tadi sudah jadi dan bisa dilewati segala macem kendaraan bermotor, tentunya para pengendara akan memilih lewat jembatan daripada menggunakan jasa perahu penyeberangan yang ada selama ini, lha wong pasti jauh lebih cepat. Nah bagaimana dengan usaha perahu penyeberangan yang selama ini digunakan? Gimana nasib perahu-perahu, para awak, para penjual dan para penjaga terminal? Tentunya ada efek yang harus dipikirkan. Tapi Wong Xa Min yakin banyak ahli dan petinggi di negeri ini yang sudah memikirkannya. Lha kalau belum??? Tanyakan pada si Ora Weruh, gitu saja kok repot!!

10 November 2008

Wong Xa Min goes to the Conference (part 2)

Menyambung cerita sebelumnya, konferensi yang diikuti Wong Xa Min diikuti 6 negara (termasuk negeri tercinta). Ada Negeri Matahari Terbit, Negeri Ginseng, Negeri Tirai Bambu, Negeri Gajah Putih, dan Negeri Jiran. Total jendral tanpa kopral, ada 30an orang negeri lain yang mengunjungi negeri tercinta dalam rangka bertukar pengetahuan.

Minggu sore kemarin Wong Xa Min harus menjemput para tetamu dari Negeri Gajah Putih sebanyak 6 pria tulen dan 3 wanita tulen (tanpa wadam). Malamnya ada sambutan makan-makan di penginapan tempat acara berlangsung. Sampai dengan Wong Xa Min menulis cerita ini, belum semua nama dapat sukses dihapal, lha wong rada angel juga ngingetnya. Yang paling hapal ya yang namanya Kamonwan, panggilannnya Kate yang duduk di sebelah kiri Wong Xa Min. Bukannya karena yang paling cakep diantara para tetamu dari Negeri Gajah Putih, tapi karena Wong Xa Min sudah kenal Kate 5 tahun yang lalu waktu Kate ngawal Wong Xa Min di negerinya. Ada lagi pak Widcha, yang gak tampak di foto. Kalau yang ini Wong Xa Min sudah kenal 6 tahun yang lalu. Lha di sebelahnya Kate itu namanya kang Suvichan, penampilannya kayak bintang film.

Ada juga tetamu dari negeri lain yang dikenal Wong Xa Min. Tapi untuk kali ini yang diceritakan dari Negeri Gajah Putih saja dulu, yang lainnya sabar menanti.

Wong Xa Min goes to the Conference (part 1)

Ini bukannya mau sok kebarat-baratan, judul di atas seperti itu. Masalahnya acaranya memang nginternasional. Wong Xa Min didapuk jadi panitia konferensi di Surabaya mulai hari ini sampe kamis (13 Nov). Acaranya sebenarnya rutin tiap tahun, diselenggarakan bergilir model arisan RT itu. Lha tahun ini negeri tercinta dapat giliran setelah tahun lalu negeri jiran yang jadi ndoro rumah.

Kali ini Wong Xa Min dapat giliran jadi pengawal para tetamu dari negeri gajah putih. Ada 9 orang yang harus diurusi, mulai dari jemput di bandara, nongkrongin kalo pas seminar, sampai nantinya ikutan jalan-jalan keliling-keliling kota.

06 November 2008

Eksekusi 4 Mangkok Cwi Mie

Tadi malam (05/11/2008) setelah melalui proses janji-janji yang cukup melelahkan, jadilah Wong Xa Min bertemu dengan konco-konco sak sekolah menengah atas dari kampung asal. Janji yang disepakati akan berkumpul di warung Cwi Mie di pinggiran jalan tol (sori bukan karena mentang-mentang Wong Xa Min nyangkulnya di jalan tol) di depan food-mal di Jakarta Selatan jam 7 malam.

Konfirmasi yang diterima siang hari, bahwa yang akan datang di pertemuan itu sekitar 10 orang. Apa daya mendekati detik-detik peristiwa bersejarah tersebut muncul korfirmasi-konfirmasi baru yang menyatakan ketidakhadiran di acara tersebut. Tapi dasar Wong Xa Min, ya tetep gak perduli walaupun beberapa konco berhalangan hadir, tetap membulatkan tekad untuk berangkat ke TKP (lha lapar juga kok, perlu makan di warung cwi mie itu).

Jam 6 sore, telpon genggam Wong Xa Min berbunyi. Ahh... ternyata Konco Teguh yang asalnya dari Plaosan itu telpon. "Woi... aku wis cedhek lokasi, sedheluk maneh teko, tapi dalan rodo macet". Bergegas Wong Xa Min memacu tunggangannya ke TKP. Di tengah jalan telpon genggam Wong Xa Min berbunyi lagi, kali ini sebuah pesen pendek "Met pul kumpul smg suasanane gayeng... salam buat semua temen bhawikarsu 89 yg hadir.." datang dari M. Ilyas "The Property Maker". Tidak berapa lama telpon Won Xa Min berbunyi lagi, kali ini dari Konco Ari yang mengkonfirmasi bahwa dia akan datang agak terlambat malam itu.

30 menit kemudian sampailah Wong Xa Min ke TKP dan bertemulah dengan Teguh yang sudah lebih dari 10 tahun tidak ketemu. Ternyata formasi bentuk tubuh dan penampilan tetap saja seperti terakhir kali bertemu. Tetep mungil dan bersahaja, hanya saja malam itu kondisi kesehatannya belum prima karena beberapa hari yang lalu sempat sakit. Teguh Widodo yang dari Plaosan itu ternyata sekarang telah menjadi The AV-maker di sebuah perusahaan elektronik yang ternama.

Ngobrol sana ngobrol sini ha ha hi hi .... Gak terasa datang satu konco lagi. Awalnya agak pangling walaupun sudah pernah melihat gambar terakhir sang konco ini. Ari "The Dairy Maker" Wijaya datang juga, tambah rame lah suasana. Gak terasa sambil ngobrol, 1 mangkok cwi mie sukses dieksekusi Wong Xa Min. Gak mau kalah Ari pun memesan semangkok cwi mie. Sayang belum lama ngobrol Teguh harus berpamitan karena memang kondisi badan belum prima. Moga-moga cepet sehat cak! Jadilah Wong Xa Min berdua saja dengan Ari ngobrol.

Eh tak berselang lama Teguh pulang, datang konco satu lagi, seorang cewek yang masih cakep en cukup centil (he he ... sori) Irine "The Researcher" H. Gayatri yang sudah kenyang melanglang buana ke negeri orang, dan malam itu menjadi bintang karena menjadi satu-satunya peserta tercantik (lha sing liyane lanang kabeh). Tambah rame suasana ngobrol malam itu. Dan 1 mangkok cwi mie juga sukses dieksekusi Ari dan ha ha hi hi pun berlanjut.

Tak dinyana tak diduga salah satu konco yang sore sempat konfirmasi tidak hadir nongol juga, Teguh "Alex The Navy" Prasetyo datang. Datang dengan pakaian preman, Mayor Teguh dengan senyum khasnya (dudu senyum militer rek, tetep senyum jaman SMA biyen) ikutan nimbrung di meja. Belum sempat sang Mayor buka suara, datanglah konco satu lagi, Hong Tay Su eh... Ocky "The Consultant" Rinaldy. Malam itu datang juga dengan senyumnya yang tetep cengengesan walaupun sudah sukses jadi konsultan.

Untuk mengabadikan keberadaan para konco, Ocky berinisiatif untuk memotret para peserta malam itu. Seperti tampak diatas, berdiri kiri - kanan Alex The Navy dan The Dairy Maker, sementara duduk kiri - kanan, The Researcher dan Wong Xa Min. The Consultant sendiri gak kelihatan karena dia yang sibuk mengambil foto itu.

Karena lapar juga, The Researcher memesan 1 mangkok sup dan juice strawberry tanpa gula, tanpa susu dan tanpa semut, kemudian disusul 1 mangkok angsle. Alex The Navy memesan 1 mangkok cwi mie dan 1 mangkok angsle. The Consultant memesan 1 mangkok bakso dan 1 cangkir teh hangat. Sementara The Dairy Maker dan Wong Xa Min hanya bisa melongo karena pesanannya sudah sukses dieksekusi.

Ngobrol sana ngobrol sini, lama-lama Wong Xa Min lapar juga, jadilah Wong Xa Min ikut pesen 1 mangkok angsle, sementara The Dairy Maker hanya tambah minum 1 cangkir teh hangat yang sebenarnya pesanan orang lain tapi kebetulan nyasar ke meja.

Ha ha hi hi ha ha hi hi ... akhirnya konco terakhir datang juga A. Tanthowi "The Reporter" Jauhari yang jauh-jauh hari sudah meng-oprak-oprak konco yang lain untuk ikutan kumpul. Pesanan pun ditambah dengan 1 mangkok cwi mie dan 1 cangkir teh hangat.

Obrolan berlanjut dengan topik beraneka ragam, mulai dari kerjaan, nostalgia masa SMA sampai menanyakan nasib, kondisi dan keberadaan konco-konco yang lain. Di tengah-tengah obrolan, salah satu konco, The Consultant berpamitan, "mau ke cengkareng," katanya, berkuranglah (lagi) peserta kumpulan malam itu. Obrolan pun dilanjutkan. Gak terasa pagar warung sudah ditutup menandakan hari sudah larut malam. Dengan terpaksa walaupun agak berat hari kami semua saling berpamitan. Mengingat lokasi tempat tinggal berdekatan, AlexThe Navy dengan sukarela mengantarkan The Researcher ke rumahnya (Alex ditunggu laporannya, apakah taruna sudah di-91 dengan selamat?)

Ada yang patut dicatat pada kejadian malam itu:
  • 4 mangkok cwi mie,
  • 3 mangkok angsle,
  • 1 mangkok bakso,
  • 1 mangkok sop,
  • 1 juice strawberry dan
  • beberapa cangkir teh hangat
sukses dieksekusi oleh Wong Xa Min dan para konco.
Kapan yo iso kumpul-kumpul maneh?